Wednesday, November 26, 2008

BUKU PELAJARAN DAN PERANANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Oleh: Hasanudin, MA

Buku pelajaran dalam sistem persekolahan merupakan sebuah benda yang sudah lazim dikenal sejak dulu. Ia merupakan alat bantu bagi guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas. Bahkan, ketika penulis sekolah di tingkat dasar dan menengah pertama, jika guru ada keperluan dan tidak bisa melaksanakan tugasnya di kelas, cukup dengan menitipkan buku untuk dicatat. Sekarangpun, hal seperti itu penulis kira masih banyak terjadi di sekolah-sekolah kita. Permasalahannya, dari dulu kala sampai sekarang pemanfaatan buku pelajaran masih sebagai pengganti guru. Pada era dimana paradigma pembelajaran beralih dari teaching kepada learning, maka peran buku pelajaran tidak hanya sebagai pengganti guru di kelas, tetapi sebagai partner guru dalam membelajarkan siswa di kelas maupun di luar kelas ?
Buku pelajaran memang memiliki peran yang penting dalam pembelajaran pada sistem persekolahan. Studi yang dilakukan oleh World Bank di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku pelajaran berakorelasi dengan prestasi belajarnya.[1]kemudian studi yang dilakukan oleh Heyneman dan kawan-kawan melaporkan bahwa dari 18 korelasi yang dihitung 83 % diantaranya secara signifikan menunjukkan kuatnya hubungan antara buku pelajaran dengan prestasi belajar siswa.[2] Hal ini dapat dimengerti, karena menurut Patrick, buku teks, khususnya buku pelajaran, merupakan media instruksional yang dominan peranannya di kelas.[3]Selain itu karena buku pelajaran merupakan alat untuk menyampaikan materi kurikulum, maka ia menduduki peranan sentral pada semua tingkat pendidikan.
Alan Cunningswort,[4] seorang ahli pengajaran bahasa dari Oxford menguatkan penjelasan di atas. Ia mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang pengaruhnya lebih besar terhadap isi dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran selain buku pelajaran dan bahan ajar lainnya yang digunakan.[5]
Buku pelajaran memainkan peran utama dalam pengajaran bahasa di kelas pada semua jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta, sekolah menengah maupun perguruan tinggi, di seluruh dunia. Guru bebas memilih buku pelajaran yang akan mereka gunakan. Hampir setiap guru, jika tidak semua, mempunyai buku pelajaran baik karena disarankan kepada mereka maupun karena keperluan mereka dalam dunia pengajaran.
Guru menggunakan buku pelajaran karena ia memiliki beberapa fungsi. Sheldon mengajukan tiga alasan utama yang diyakininya mengenai penggunaan buku pelajaran oleh para guru. Pertama, karena mengembangkan materi ajar sendiri sangat sulit dan berat bagi guru. Kedua, guru mempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru karena sifat dari profesinya itu. Ketiga, adanya tekanan eksternal yang menekan banyak guru [6]. Ketiga alasan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam memilih buku.
Penggunaan buku pelajaran merupakan cara yang paling efisien karena waktu untuk mempersiapkan bahan ajar berkurang. Di samping itu, buku menyediakan aktivitas yang sudah siap untuk dilaksanakan dan membekali siswa dengan contoh konkrit.
Alasan lain bagi penggunaan buku pelajaran ialah karena buku pelajaran merupakan kerangka kerja yang mengatur dan menjadwalkan waktu kegiatan program pengajaran; di mata siswa, tidak ada buku pelajaran berarti tidak ada tujuan; tanpa buku pelajaran, siswa mengira bahwa mereka tidak ditangani secara serius; dalam banyak situasi, buku pelajaran dapat berperan sebagai silabus; buku pelajaran menyediakan teks pengajaran dan tugas pembelajaran yang siap pakai; buku pelajaran merupakan cara yang paling mudah untuk menyediakan bahan pembelajaran; siswa tidak mempunyai fokus yang jelas tanpa adanya buku pelajaran dan ketergantungan pada guru menjadi tinggi; dan bagi guru baru yang kurang berpengalaman, buku pelajaran berarti keamanan, petunjuk, dan bantuan[7].
Alasan penggunaan buku pelajaran seperti ini hanya berlaku jika: 1) buku pelajaran memenuhi kebutuhan guru dan siswa, 2) topik-topik dalam buku pelajaran relevan dan menarik bagi guru dan siswa, 3) buku pelajaran tidak membatasi kreativitas guru, 4) buku pelajaran disusun dengan realistik dan memperhitungkan situasi belajar-mengajar di kelas, 5) buku pelajaran beradaptasi dengan gaya belajar siswa, dan 6) buku pelajaran tidak menjadikan guru sebagai budak dan pelayan.
Apabila aspek-aspek ini tidak dipenuhi, maka buku pelajaran hanya akan menjadi masses of rubbish skillfully marketed, seperti diungkapkan oleh Brumfit,[8] yang hanya akan menguntungkan secara materi bagi pihak-pihak yang dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi membisniskan buku teks, dan mencemari dunia pendidikan. Dalam hal seperti ini, sebaiknya guru dibekali dengan pengetahuan bagaimana memilih buku pelajaran dan bagaimana mengaplikasi-kannya secara kreatif di kelas.
Adanya perubahan pendekatan pembelajaran dari teacher centered, berimplikasi pada perubahan peran dan dominasi guru didalam kegiatan di kelas. Hubungan antara guru dan siswa yang satu arah, sehingga guru melakukan banyak hal dan siswa berperan kurang aktif tidak cocok lagi. Peran guru hendaknya sebagai fasilitator bagi siswa untuk belajar. Dalam hal ini maka guru harus bersedia mensubordinasikan perilaku dirinya sendiri terhadap kebutuhan siswa. Jadi yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas adalah memotivasi siswa untuk menjadi aktif belajar. Paradigma baru ini mengokohkan peran buku dalam pembelajaran. Pada keadaan yang demikian buku pelajaran memegang peranan. Buku pelajaran menjadi bahan yang amat strategis bagi siswa dan guru, karena ia dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan kurikulum.
Karena kegiatan guru adalah memotivasi siswa, menurut Soenjono Dardjowidjojo maka materi dalam buku pelajaran bahasa harus disesuaikan. Kebiasaan yang berkutat pada materi untuk mendengarkan, mengulang dan menghafal harus ditinggalkan. Materi buku pelajaran bahasa harus diubah menjadi aktivitas yang membuat siswa melakukan tugas untuk memecahkan masalah.Tipe materi yang cocok untuk buku pelajaran seperti ini menurut Soenjono Dardjowidjojo adalah materi yang task based[9] dan problem solving[10]. Materi dengan tipe seperti ini akan dapat mengembangkan penggunaan bahasa (language use) dan bukan hanya pemakaian bahasa (language usage).[11]
Jika penjelasan di atas memberitahukan kepada kita tentang bagaimana sebuah buku pelajaran dapat menggantikan peran guru sebagai sumber belajar, Wojowasito bahkan menyatakan bahwa materi pelajaran dapat memotivasi siswa dalam belajar. Motivasi siswa dalam belajar bahasa bisa berpangkal pada bahan pelajaran itu sendiri. Jadi selain berfungsi sebagai sumber bahan ajar, buku pelajaran dapat dijadikan sebagai media untuk membangkitkan motivasi siswa. Tentu saja jika buku pelajaran itu memiliki arti yang penuh bagi siswa. Maksudnya adalah bahwa materi yang ada dalam buku pelajaran itu dihubungkan erat dengan realitas. Dengan demikian siswa dapat menyadari bahwa susah payahnya tidak sia-sia dan akan membawa hasil yang dapat dirasakan yang dapat membawa mereka lebih maju dalam kehidupan.[12]
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa buku memegang peranan sebagai guru kedua bagi siswa. Selain itu, buku juga dapat dijadikan sebagai media untuk memotivasi siswa dalam belajar. Selama ini peran untuk memotivasi siswa didominasi oleh guru dan media audio visual, sedangkan buku hanya diposisikan sebagai sumber belajar kedua setelah guru. Bahkan pada situasi-situasi tertentu, dimana penguasaan guru terhadap materi pelajaran yang mumpuni, peran buku sangat rendah dalam proses belajar mengajar. Buku hanya diposisikan sebagai alat bantu guru bila ia diperlukan.
Selain buku berfungsi sebagai media instruksional yang berperan di kelas, sesungguhnya ia juga berperan dominan pada pembelajaran di luar ruang kelas, karena pembelajaran tidak terbatas di ruang kelas, tetapi juga dapat dilaksanakan di luar ruang kelas. Pembelajaran seperti inilah yang diharapkan untuk mengatasi terbatasnya jumlah jam yang disediakan untuk proses pembelajaran di kelas dan untuk mengurangi ketergantungan siswa kepada guru, serta memupuk kemandirian dalam belajar, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif.[13]Pemenuhan kebutuhan siswa oleh buku pelajaran sangat sulit diwujudkan jika penyusunan buku pelajaran dilakukan secara nasional. Karena buku pelajaran bersifat sangat lokal, jadi sebaiknya disusun oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan (bisa juga disusun bersama oleh MGMP provinsi atau kab/kota), dengan melihat potensi dan kebutuhan siswa serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dimana buku pelajaran tersebut akan digunakan. Dengan demikian, setiap guru harus dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk menyusun buku pelajaran yang baik, efektif dan efisien. Semangat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memberdayakan guru untuk menentukan kurikulum dan materi pelajaran pada Tingkat Satuan Pendidikannya sendiri, memberi jalan kepada guru untuk menunjukkan kreativitasnya dalam menyusun buku pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selamat belajar.......
_____________________________________________
[1] World Bank, Indonesia: Basic Education Study, (Washington DC: World Bank, 1989)
[2] S.P. Heyneman, J, Farrel, dan M. Sepulvedo Stuarto, Textbook and Achievment:Wahat we Know, (dalam Journal of Curriculum 13:3 tahun 1981.)
[3] J.J Patrick, Highschool Governement Textbook, (dalam ERIC DIGEST ED301532, Desember 1988).
[4] Alan Cunningsworth, Choosing Your Coursbook, (Oxford:Heineman, 1995) hal. 3-4.
[5] Alan Cunningsworth, Choosing Your Coursbook, … hal. 22
[6] Sheldon, The Elaboration of School Textbooks: Methodological Guide. (UNESCO: 2001) h.2

[7] Hasan Ansary and Esmat Babaii: A Step Toward Systematic Textbook Evaluation. (Iran: Shiraz University, 2002) h. 2

[8] Hasan Ansary and Esmat Babaii: ....
[9] Dalam proses pembelajaran Mosston menyebutnya dengan task style, yaitu sebuah model pembelajaran yang perencanaannya tetap dilakukan guru secara penuh tanpa mlibatkan siswa sama sekali, perancangan pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan oleh guru, nam un pelaksanaan proses pembelajaran sepenuhnya oleh siswa, akan tetapi , ketika dalam proses evaluasi diakhir waktu belajar, kembali menjadi otoritas guru. (Muska Mosston, Teaching from Command to Discovery, (California: Wadsworth Publishing Company, 1972) hal. 45-46.
[10] Rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. (Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) hal. 212.)
[11] Katharina E. Soekamto (penyunting), Rampai Bahasa, Pendidikan, dan Budaya; Kumpulan Esai Soenjono Dardjowidjojo,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003) hal. 100. Menurut Wilikins, Penggunaan bahasa tidak berarti meninggalkan tata bahasa tetapi mengubah keseimbangan prioritas dengan menekankan fungsi dan makna bahasa (D.A. Wilkins, An Investigation into the Linguistic and Situational Content of the Common Core in a Unit/Credit System, (Strassbourgh:Council of Euorope, 1972) hal. 83)
[12] S. Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa; Linguistik Abad 20 Sebagai Dasar Pengajaran Bahasa, (Bandung: Shinta Darma, 1976) hal. 106
[13] Hal ini sesuai dengan prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Standar Isi yang diantaranya adalah bahwa kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (DEPAG RI, Standar Isi Madrasah Aliyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006) hal. 4)

Wednesday, November 12, 2008

SEJARAH PERKAMUSAN DI INDONESIA

Penulis : Ahyani, MA

Pendahuluan

Belajar bahasa asing memerlukan alat penunjang yang antara lain adalah kamus. Barangkali kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Arab dalam masalah kebahasaan dapat diatasi dengan bantuan kamus.
Penyusunan kamus merupakan proses yang panjang. Setiap tahap dalam proses itu merupakan kumulasi dari penelitian dan analisis bahasa serta kegunaan praktis kamus hasil proses sebelumnya. Sejarah leksikografi (perihal penyusunan kamus) di Indonesia dimulai dari daftar kata atau glosarium ke kamus-kamus dwibahasa kemudian ke kamus-kamus ekabahasa. Menurut catatan, karya leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia ialah daftar kata Cina-Melayu pada permulaan abad ke-15, yang berisi 500 lema (entri).
Sejarah perkamusan dinegeri ini terus berkembang dari masa kemasa. Saat ini terdapat berbagai ragam karya leksikografi yang berkembang di Indonesia, baik itu termasuk kamus eka bahasa maupun dwibahasa untuk menjelaskan makna bahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Banyak ditemukan di toko-toko buku berbagai ragam kamus seperti, Jepang, Perancis, Italia, Mandarin, Inggris, Arab, Spanyol dll. Dengan begitu banyaknya ragam kamus, sehingga tidak memungkinkan bagi penulis untuk membahasnya secara keseluruhan, dan pembahasan pada makalah ini akan difokuskan pada sejarah perkamusan bahasa Arab-Indonesia atau sebaliknya.
Sejarah kamus Arab-Indonesia telah diawali oleh kamus Arab-Melayu, sehingga makalah ini akan menyinggung juga pembahasan tentang kamus Arab-Melayu yang beredar di Indonesia disamping melihat sejarah perkembangan kamus Arab-Indonesia hingga masa kini. Pada awal pertumbuhan kamus Arab Melayu, setidaknya ada tiga yang banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia antara lain: kamus Al Inarah Al Tahzibiyah, kamus Idris Al Marbawi dan kamus Al Zahabi. Namun sebelum itu semua, untuk lebih memantapkan pembahasan dalam sejarah perkamusan, perlu kiranya penulis paparkan juga selayang pandang tentang hakikat kamus.
Pembahasan
1. Selayang Pandang Tentang Hakikat Kamus

a. Pengertian dan fungsi

Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus, dengan bentuk jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari bahasa Yunani okeanos yang berarti lautan. Kamus merupakan buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian dan terjemahannya. Berbeda dengan kamus, sebuah acuan yang memberikan uraian tentang berbagai cabang ilmu atau bidang ilmu tertentu dalam artikel-artikel terpisah, maka disebut ensiklopedi, sedangkan bila kata-kata tersebut tidak disusun secara alfabetis melainkan disusun atas dasar pengelompokan hiponim, sinonim dan antonim, maka disebut tesaurus.[1]
Kamus berguna membantu para pemakai untuk mengenal kata-kata baru berikut maknanya. Selain menerangkan makna kata, kamus juga memuat cara-cara mengucapkan kata tersebut, menerangkan asal kata serta memberikan contoh-contoh penggunaannya dalam masyarakat. Sebagaimana dikatakan pula oleh Samuel Johnson, Bapak leksikografi Inggris, Penyusun Dictionary of the English Language (1755 ), bahwa fungsi kamus adalah memelihara kemurnian bahasa. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Noah Webster, bapak leksikografi Amerika, penyusun An American Dictionary of The English Language (1882). Sedangkan Dr. Hamid Shadik Qatibi memandang kata kamus merupakan sinonim dari kata mu’jam dan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Menemukan makna sebuah kata
2. Menetapkan palafalan dan cara pengucapan
3. Menetapkan ejaan
4. Menelusuri asal asul sebuah kata
5. Membedakan antara kata yang tak lazim dan tak terpakai serta menjelaskan kata-kata yang murni dan serapan
6. Mengetahui sinonim dan antonim
7. Penggunaan kata-kata sastra dan peribahasa
8. Pengetahuan yang bersifat ensiklopedis[2]
Sama halnya dengan pendapat Qatibi tentang fungsi kamus diatas adalah pendapat Mukhtar Umar yang menyebutkan juga bahwa fungsi kamus yaitu untuk menerangkan cara menulis kata, labih-lebih bila huruf alfabet yang ditulis tidak mewakili sepenuhnya suara yang dilafalkan, disamping untuk menentukan fungsi morfologis sebuah kata dan penentuan stress (tekanan) saat pelafalan.[3]

b. Macam-macam Kamus
Secara umum, macam-macam kamus dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: 1) ruang lingkup isinya, 2) penggunaan bahasanya, 3) sifatnya, 4) ukurannya, dan 5) ciri khususnya.
Berdasarkan ruang lingkup isinya, kamus terbagi menjadi kamus umum dan kamus khusus. Yang dimaksud kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam topik yang ada dalam sebuah bahasa. Bila kamus itu hanya memuat kata-kata dari suatu bidang tertentu, maka kamus itu disebut kamus khusus. Yang termasuk kedalam jenis kamus khusus ini anatar lain: 1) kamus istilah, yakni kamus yang menjelaskan istilah-istilah khusus dalam bidang tertentu, 2) kamus etimologi, yakni kamus yang menerangkan asal usul suatu kata maksud dasarnya, 3) kamus peribahasa, yakni kamus yang menerangkan maksud suatu peribahasa, 4) kamus kata nama khas, yakni kamus yang hanya menyimpan kata nama khas ( nama tempat, nama tokoh, nama institusi dll).
Berdasarkan sifatnya, kamus terbagi kedalam kamus standar dan kamus non-standar. Kamus standar merupakan kamus yang diakui dan memuat kata-kata yang standar dalam suatu bahasa. Dan sebaliknya bila kata-kata yang terdapat dalam kamus bukan termasuk kata-kata standar, maka disebut kamus non-standar. [4]
Berdasarkan penggunaan bahasanya, kamus terbagi kedalam kamus ekabahasa, kamus dwibahasa dan kamus aneka bahasa (multi bahasa). Kamus ekabahasa adalah kamus yang hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata ( entri ) yang dijelaskan dan penjelasannya terdiri dari bahasa yang sama. Kamus dwibahasa merupakan kamus yang menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan yang ada dalam kamus diberi padanan atau maknanya dalam bahasa lain. Sedang kamus aneka bahasa itu sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.
Berdasarkan ukurannya, kamus terbagi kedalam kamus mini, kamus kecil dan kamus besar. Kamus mini disebut juga dengan kamus saku, karena bentuknya yang kecil dan bisa disimpan dalam saku, biasanya tebalnya kurang dari 2 cm. Kamus kecil memiliki ukuran yang tidak besar, tetapi lebih besar dari kamus saku, kamus ini memiliki sifat bisa dibawah kemana-mana. Sedangkan kamus besar dapat memuat segala leksikal yang terdapat dalam suatu bahasa, setiap kata dijelaskan maksudnya secara lengkap, biasanya ukurannya besar dan sulit untuk dibawa kemana-mana.[5]

2. Sejarah Perkamusan Arab di Indonesia
Perkembangan perkamusan Arab di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode, antara lain:

Periode kamus Arab-Melayu
Kamus sebagai alat bantu mempelajari bahasa Arab belum ditemukan di abad awal perkembangan agama Islam di Indonesia. Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke delapan masehi.[6] Hal ini menurut kesimpulan dari hasil seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada 1968, walaupun ada sebagian yang berpendapat bahwa agama Islam sudah masuk dan berkembang di Indonesia mulai abad XIII M.
Dengan masuknya agama Islam, masyarakat Indonesia jadi mengetahui adanya bahasa Arab sebagai bahasa agama. Sebagaimana dikatakan oleh Abdul Mu’in bahwa bahasa Arab dikenal di Indonesia sama dengan dikenalnya Islam, dengan kata lain bahasa Arab di Indonesia sama tuanya dengan agama Islam.[7]
Namun sejarah perkamusan Arab-Indonesia baru berlangsung setelah bebarapa abad masuknya Islam. Dan itupun masih dilatarbelakangi oleh kamus Arab-Melayu. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa ada tiga buah kamus Arab-Melayu yang banyak beredar di Indonesia, walaupun sebenarnya bila ditelusuri lebih lanjut telah ditemui adanya kamus yang ditulis Frederik D’ Houtman yang berjudul Spraeck ende woord-boek, Inde Malaysche Inde Madagaskarsche Talen met vele Arabische ende Turcsshe Woorden (1603). Ketiga kamus Arab-Melayu tersebut antara lain:

1. Kamus Al Inarah Al Tahzibiyah
Kamus ini disusun oleh Moehammad Fadloellah bersama B.Th.Brondgeest pada tahun 1925. Kamus ini terdiri atas empat jilid dengan 1027 halaman dalam ukuran besar. Penyusun menyajikan pendahuluannya dengan bahasa Melayu dan ditulis dengan huruf latin. Adapun tujuan kamus adalah untuk membantu pemakai kamus mencari makna kata yang dikehendaki dalam teks-teks berbahasa Arab. Semua lemanya dari bab alif sampai ya’ disusun secara alifba’i al jazari ( alfabetis Arab menurut urutan akar kata).
Bahasa lema Al Inarah Al Tahzibiyah adalah bahasa Arab dan bahasa penjelasan maknanya adalah bahasa Melayu. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan kamus ini adalah untuk membantu para pemakai memahami teks-teks Arab. Semua lema kamus ini diberi baris secara lengkap kecuali syakl huruf akhir kata.
Kamus ini menyebutkan fi’il dengan semua musytaqqatnya (turunannya) termasuk fi’il mudhari’, mashdar, ism fa’il, ism maf’ul dan isim makan. Kamus ini juga menggunakan sejumlah besar penunjang penjelas makna.

Kamus Idris Al Marbawi
Biografi penyusun
Penyusun kamus ini yaitu Syekh Mohammad Idris bin Abdur Rauf Al Marbawi, dilahirkan di Makkah al Mukarramah pada 28 Zulkaedah 1113 H / 1893 M. Pada usia 10 tahun, beliau meninggalkan Makkah untuk menetap bersama keluarganya di tanah air, Malaysia. Disitu beliau banyak belajar dari satu pondok ke pondok lain, hampir semua pondok dimana beliau pernah menuntut ilmu merupakan tempat tujuan pelajar ilmu-ilmu agama dari seluruh pelosok nusantara.
Pada saat berusia kurang lebih 31 tahun, Syekh Mohammad Idris Al Marbawi mengambil keputusan untuk melanjutkan pelajaran di universitas Al Azhar, Mesir. Pada saat menjalani proses studi di universitas tersebut, beliau menyusun kamus Arab-Melayu yang diperuntukkan untuk masyarakat melayu yang ingin mempelajari bahasa Arab. Kamus tersebut diterbitkan pada tahun 1920-an dan sampai saat ini telah dicetak tidak kurang dari 24 kali.
Walaupun sebenarnya beliau berkebangsaan Malaysia, namun sumbangannya terhadap sejarah perkamusan bahasa Arab di Indonesia cukup besar. Dan memang perkembangan bahasa di Malaysia berikut perkembangan leksikografinya tidak dapat dilepaskan dari perkembangan bahasa Indonesia.[8]
Kamus Al Marbawi ini merupakan karya pertama beliau. Berawal dari karya pertama ini, akhirnya beliau mulai menekuni dunia penulisan secara lebih serius dan menghasilkan banyak karya agama. Diantar kitab karya beliau adalah kitab Bahrul Mazi yang membicarakan 8200 permasalahan agama dan hal ihwal dunia akhirat, tafsir al Qur’an dalam bahasa Melayu (Tafsir Qur’an Marbawi, Tafsir Qur’an Nurul Yakin dan Tafsir Surah Yasin), Tafsir Fathul Qadir, Kitab Bulughul Maram, Kitab Jami’ul Ulam, Usul al Islam, Nizamul Hayah, Mu’jam al Kainat (4 jilid) dan beberapa buah lagi.

b. Karakteristik Kamus Al Marbawi
Kamus ini termasuk jenis kamus berukuran sedang. Penyusun memberikan pendahuluannya dengan bahasa Melayu dan ditulis dengan huruf Arab. Adapun tujuan kamus ini adalah untuk membantu bangsa Melayu yang belajar bahasa Arab, nahwu dan sharf.[9]
Sejumlah lema pada bab alif, ta’ dan mim kamus ini disusun secara alifba’i al nuthqi (alfabetis Arab sesuai urutan huruf dalam kata). Lema pada bab-bab yang lain disusun secara alifba’i al-jazari. Adapun pemakai kamus ini pada tingkat pemula dan lanjut. Jumlah lema yang terdapat dalam kamus ini sebanyak 18.000 lema dalam 785 halaman dan 700 perkataan disertai gambar, sehingga bila dilihat dari sifatnya kamus ini tergolong kamus umum dan berukuran sedang.
Bahasa lema kamus ini adalah bahasa Arab dan bahasa penjelasan maknanya adalah bahasa Melayu. Kamus ini menyebutkan fi’il dengan semua musytaqqatnya (turunannya) termasuk fi’il mudhari’, masdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim makan. Kamus ini juga menggunakan penunjang penjelas makna (syawahid tawdhihiyyah) dan menggunakan gambar pada halam khusus yaitu antara pendahuluan bab alif serta disela-sela lema.
Al Marbawi juga menyajikan sejumlah data ensiklopedis seperti yang terdapat dalam bab hamzah: Socrates, Nabi Idris, Nabi Adam, Iram, Armenia dll. Demikian pula data-data yang berupa singkatan-singkatan dan kode-kode yang jumlahnya sekitar 22 macam disajikan dalam kamus tersebut. Sebagian contohnya antara lain:
( ) : pengapit padanan kata
* : penunujuk kata lama yang dihidupkan kembali
اب : penunujuk bahwa kata itu diambil dari kitab Asas Al Balaghah
ت ع : penunjuk bahwa kata itu diambil dari kamus Taj Al Arus
ف : penunjuk muannats, dll

Kamus al Zahabi

Kamus ini disusun oleh Mahmud Yunus pada tahun 1930 saat beliau menuntut ilmu di Al Azhar, Kairo. Bisa dikatakan bahwa kamus Mahmud Yunus merupakan kamus Arab pertama yang dihasilkan oleh putra Indonesia. Mengenai biografi Mahmud Yunus, beliau dilahirkan di Batu Sangkar pada 10 Pebruari 1899, Sumatera Barat dari pasangan Yunus bin Incek dan Hafsah binti Thahir. Kakeknya dari ibu merupakan seorang ulama besar. Dia mendapat gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu Tarbiyah. [10] Beliau merupakan seorang pembaharu pengajaran bahasa Arab di tanah air. Beliau mulai terlibat gerakan pembaruan setelah mewakili gurunya untuk hadir dalam rapat besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang, Sumatra barat. Pertemuan itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pola pemikiran pembaruan Mahmud, terutama berkat pandangan-pandangan yang dikemukakan sejumlah tokoh pembaru seperti Abdullah Ahmad serta Abdul Karim Amrullah. Tahun 1924, Mahmud Yunus berangkat ke Kairo untuk belajar di al Azhar dalam bidang ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir, fikih Hanafi dan sebagainya. Hanya dalam tempo setahun, dia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari al-Azhar dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu. Dalam bidang pengajaran bahasa Arab, Mahmud Yunus tidak hanya menekankan perlunya penguasaan materi bagi guru, namun juga menyatakan pentingnya penggunaan didaktis-metodis modern agar siswa dapat belajar bahasa Arab dengan mudah. Menurutnya, metode atau cara mengajar ialah jalan yang akan ditempuh oleh guru untuk memberikan pelbagai pelajaran kepada murid-murid dalam belbagai jenis mata pelajaran. Sesungguhnya cara mengajar itu tidak sama, bahkan berlainan menurut mata pelajaran yang diajarkan.[11]
Selama hidupnya tidak kurang dari 43 karya tulis telah dihasilkannya termasuk diantaranya kamus Bahasa Arab Indonesia. Beliau wafat pada 16 januari 1983 dalam usia 83 tahun di kebun kosong Kemayoran, Jakarta Pusat dan dimakamkan dipemakaman IAIN Syarif Hidayatullah.
Dalam penyusunan kamus ini, penyusun memberikan pendahuluannya dengan bahasa Melayu dengan huruf Arab. Adapun tujuan kamus seperti ditegaskan pengarangnya adalah untuk membantu murud-murid yang belajar agama Islam dan orang-orang yang belum menguasai ilmu sharaf serta guru-guru yang hendak membaca surat kabar-surat kabar bahasa Arab.
Sejumlah lema pada bab alif, ta dan mim kamus ini disusun secara alifba’i al-nuthqi, sedangkan lema pada bab-bab yang lain disusun secara alifba’i al-jazari. Dan lemanya secara keseluruhan berjumlah 17.679. Adapun pemakai kamus ini adalah para pelajar bangsa Melayu tingkat lanjut.
Bahasa lema al zahabi adalah bahasa Arab dan bahasa penjelasan maknanya adalah bahasa Melayu. Ini menunjukkan bahwa tujuan kamus ini adalah untuk membantu para pemakainya memahami teks-teks Arab. Kamus ini tidak menyebutkan fi’il madhi dan fi’il mudhari’nya, tetapi menyebutkan musytaqqat (turunan) yang lain seperti masdar, isim fa’il dan isim makan.
Kamus ini menggunakan gambar dengan menempatkannya disela-sela lema serta pada halaman khusus setelah bab ya’. Al Zahabi juga menyajikan sejumlah data ensiklopedis seperti yang terdapat dalam bab hamzah: Adam, Aurubba (Eropa), Isbaniya (Spanyol) dan sebagainya.
Al Zahabi sama sekali tidak menyajikan singkatan, tetapi hanya menyajikan dua kode yaitu:
( ) : Pengapit fi’il mujarrad
2 : Penunjuk jamak dalam bahasa Melayu

Periode Kamus Arab-Indonesia
a. Masa Pertumbuhan
Periode ini ditandai dengan munculnya kamus yang disusun oleh Mahmud Yunus pada sekitar perempat terakhir abad-20 (1972). Berbeda dengan kamus yang disusun sebelumnya, kamus ini disusun saat beliau telah kembali ke tanah air.
Penyusunan kamus ini dilatar belakangi oleh tuntutan dari masyarakat, guru-guru dan para pelajar agar mencetak ulang kamus Zahabi supaya dapat membantu mereka dalam belajar bahasa Arab. Namun dengan beberapa pertimbangan, penyusun keberatan untuk mencetak ulang kamus Zahabi karena dirasa amat banyak kekurangannya. Hal inilah yang mendorong beliau menyusun kamus “Arab- Indonesia”.
Bila dilihat dari masanya, tampaknya tepat keputusan Mahmud Yunus untuk menyusun kamus Arab-Indonesia sebagai pengganti untuk mencetak ulang kamus Arab-Melayu, dimana saat itu masyarakat Indonesia sudah hidup dalam alam kemerdekaan dan telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional.
Hampir seluruh pelajar dan santri diseluruh pelosok nusantara mengenal dan menggunakan kamus ini. Ukurannya yang sedang dan ringan memudahkannya untuk dibawa kemana-mana.
Dalam penyusunan kamus ini, penyusun menyajikan pendahuluannya dengan bahasa Indonesia yang memakai huruf latin. Kamus ini secara umum cocok digunakan untuk pemula dan siapa saja yang hendak belajar bahasa Arab, meskipun mereka belum mahir dalam ilmu sharaf (morfologi).
Dalam kamus ini, selain berisi kata-kata Arab baru, diterangkan juga tafsir-tafsir sulit yang tidak dapat diketahui dengan kaidah-kaidah (wazan-wazan) ilmu sharaf, melainkan harus dihafal dan didengar dari orang Arab asli. Itulah yang dinamai kata-kata sama’i.
Dalam susunannya, kamus ini menetapkan lema (entri) dalam bentuk fi’il madhi, sehingga pencarian kata dalam bentuk apapun harus dekembalikan ke bentuk asalnya ( fi’il madhi ). Misalkan mau mencari kata مدرسة, maka pencarian kata tersebut harus berangkat dari entri درس . Pemakai / pelajar tidak menjadi kesulitan dengan pola seperti ini walaupun pelajar tersebut belum mempelajari ilmu sharaf. Menurut penyusun, yang memudahkan bahasa Arab ialah karena bahasa itu mempunyai wazan-wazan (neraca, timbangan), apabila dihafal wazan-wazan itu, maka dapat diketahui kata-kata lain dengan mengkiaskan dan mencontohkan kepada wazan itu.
Bahasa lema kamus ini adalah bahasa Arab dan bahasa penjelasannya adalah bahasa Indonesia. Bentuk ukurannya yang sedang, kamus ini mudah untuk digunakan dan mudah dibawa kemana-mana.
Kosa kata bergambar yang disajikan menurut kelompok katanya menjadi pelengkap dalam kamus ini. Hal ini membantu pelajar untuk belajar bahasa Arab secara visual tanpa perlu menghafalkan mufrodat dan dapat membedakan satu makna kata dengan makna lainnya, contoh dalam kata ريشة & قلم حبر . Dan kosa kata bergambar ini terletak antara pendahuluan dan bab alif sebagaimana dalam kamus al marbawi.
Sebagaimana kamus pendahulunya, ada beberapa entri yang terdapat dalam kamus ini merupakan data ensiklopedis. Beberapa singkatan dan tanda-tanda digunakan, seperti: ج untuk menunjukkan jamak, م menunjukkan muannats, مف menunjukkan mufrad, dan مص menunjukkan kata tersebut adalah bentuk mashdar. Sedangkan tanda yang digunakan adalah tanda kurang dalam kata-kata Arab untuk pembatas antara kata-kata yang sama artinya dan berlainan bentuknya, tanda kurung untuk menunjukkan kata asli/sama’i dan kadang-kadang untuk penerangan. Tanda koma dalam kata-kata Indonesia berarti dan / atau.

b. Masa Perkembangan
Setelah kamus Arab-Indonesia yang disusun oleh Mahmud Yunus, di Indonesia bermunculan kamus-kamus lain dengan berbagai ragam dan ukurannya, tidak hanya dalam bentuk kamus dwibahasa Arab-Indonesia, tetapi juga Indonesia-Arab dan kamus multibahasa yaitu Arab-Inggris-Indonesia atau Inggris-Indonesia-Arab.
Kamus-kamus yang berhasil didata oleh penulis antara lain: 1) Kamus Indonesia-Arab,1982, disusun oleh Asad M. Alkalali, 2) Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia, 1984, yang disusun oleh Ahmad Warson Munawwir, 3) Kamus Saku Arab-Inggris-Indonesia, 1983, disusun oleh Elias A Elias & Edward Elias – H. Ali Almascatie BA, 4) Kamus Al Qur’an, 1987 ( Judul asli “Kalimatul Qur’an-Tafsir wa Bayan) yang disusun oleh Hasanain Muhammad Makhluf dan diterjemahkan oleh Drs Hery Noer Aly, 5) Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1996, disusun oleh Atabik Ali- Ahmad Zuhdi Muhdlor, 6) Kamus Indonesia Arab-Istilah Umum dan Kata-Kata Populer, disusun oleh M. Abdul Ghofar E.M (2000) 7) Kamus Inggris-Indonesia-Arab, 2003, disusun oleh Atabik Ali, dan bebeapa kamus kecil lainnya antara lain: kamus Indonesia -Inggris-Arab yang disusun oleh H.A. Rachman Arfan, kamus Indonesia-Arab / Arab-Indonesia disusun oleh Basuni Imaduddin & Nasiroh Ishaq, kamus tiga bahasa Almanar yang disusun oleh Idrus al Kaf, kamus Akbar Arab-Indonesia oleh H.Syarif Al Qusyairi, kamus Indonesia-Arab disusun oleh Abdullah bin Nuh & Umar Bakri, kamus Al Munir Indonesai- Arab & Arab-Indonesia yang disusun oleh Dra. Balkiah SM & Drs. Andre Putra Wicaksono.
Untuk mengetahui karakteristik masing-masing kamus, perlu adanya pembahasan atas masing-masing kamus, namun disini hanya diambil beberapa sampel saja yang mewakili keseluruhan jenis kamus-kamus tersebut, yakni pembahasan kamus Al Kalali sebagai kamus Indonesia-Arab, kamus al Munawwir sebagai kamus Arab-Indonesia yang banyak pemakaiannya di Indonesia, dan kamus Al Ashri sebagai kamus Inggris-Arab-Indonesia.

Kamus Indonesia-Arab Al Kalali
Selang waktu sepuluh tahun setelah munculnya kamus Arab-Indonesia yang disusun oleh Mahmud Yunus, dunia keilmuan di Indonesia diperkaya oleh munculnya kamus Indonesia-Arab yang disusun oleh Asad M. Al Kalali. Mengenai biografi Al Kalali, beliau dilahirkan pada tahun 1904 di Cirebon, putra dari syekh Muhammad bin Salim al Kalali, pendiri majalah Al Imam (1908) yang memiliki visi misi sama dengan majalah Al Manar Mesir yang dimotori oleh Muhammad Rasyid Ridha. Sejak kecil Al Kalali telah belajar bahasa Arab dari ayahnya, kemudian setelah menginjak usia sekolah beliau banyak belajar bahasa Arab dari sekolah Al Irsyad yang didirikan oleh Syekh Muhammad Surkati Ansori dan Syekh Muhammad Al Aqib yang dikemudian hari Al Aqib ini dipercaya sebagai mufti negara Sudan.
Pada tahun 1923, Al Kalali menjadi tenaga pengajar di sekolah al Irsyad yang berada di Jakarta, Cirebon dan Surabaya. Pada tahun 1928 beliau diangkat menjadi editor buletin mingguan berbahasa Arab al Ahqaf yang berpusat di Surabaya. Dan pada tahun 1972, Al Kalali mendirikan Muassasah al Irsyad al Islamiyah yang berpusat di Cirebon dan beliau sendiri yang memimpin yayasan tersebut.
Pada dasarnya kamus ini telah tersusun dalam bentuk Arab-Indonesia pada permulaan tahun 1972 dengan ejaan lama. Pada waktu itu ejaan baru belum disahkan. Namun setelah hasil penyusunan kamus ini dikonsultasikan pada Lembaga Bahasa Nasional (LBN), Dra. S.W. Rudiati Muljadi menyarankan agar seluruh kata-kata Indonesia dalam kamus ini diubah ejaannya dengan ejaan baru , karena- katanya- pemerintah akan mempermaklumkan berlakunya ejaan baru itu pada tanggal 16 Agustus 1972. Akhirnya disepakati bahwa perombakan susunan kata-kata kamus Arab Indonesia ini akan dilakukan oleh bagian perkamusan LBN dan dikerjakan oleh Hermanu Maulana.
Bagian Indonesia-Arab mulai ditulis oleh penyusun mulai tahun 1972 dan selesai pengerjaannya pada akhir tahun 1975. Kata-kata Indonesia diperiksa oleh LBN dan disusun menurut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Sedang mengenai kata-kata Arabnya telah mendapatkan bantuan dari kementrian Penerangan Pemerintahan Irak dengan memberikan print out kata-kata Arab yang dilakukan oleh penyusun atas saran dari Prof.Dr. Naji Ma’ruf, seorang guru besar pada universitas Baghdad. Sementara pencetakan bahasa Indonesia (huruf latin) serta sykal (harakat) bahasa Arabnya dilakukan di Indonesia.
Dalam penyusunan kamus ini, penyusun memberikan pendahuluannya dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Ukurannya yang sedang dan ketebalannya yang hanya 598 halaman menjadikan kamus ini bersifat portable yang mudah untuk dibawah kemana-mana.
Sebagaimana lazimnya dalam kamus-kamus lain, kata-kata dalam kamus ini disusun menurut urutan alfabet. Yang menjadi patokan adalah huruf pertama dari tiap pokok kata atau kata dasar, misalnya kata “perkembangan” harus dicari dibawah kata “kembang” dalam susunan kata-kata yang dimulai dengan kata k, sebab per adalah awalan dan an adalah akhiran. Sebenarnya akhiran tidak begitu penting untuk mencari pokok kata atau kata dasar, sebab bila suatu kata ditinggalkan awalannya maka dua atau paling banyak tiga fonem berikutnya sudah merupakan pokok kata atau kata dasar.
Namun ada beberapa kasus yang perlu dikecualikan dan harus diperhatikan dalam penentuan kata dasar, misalnya kata dasar s bila dibubuhi awalan me, maka s nya hilang dan berubah menjadi ny, sehingga untuk mencari kata menyaring harus dari kata saring. Jika kata dasarnya dimulai dengan k, maka k-nya hilang dan diganti dengan ng, seperti kata mengail berasal dari kata kait. Kata-kata yang dimulai dengan huruf t, jika berawalan men maka t-nya hilang, seperti kata menari dari kata tari. Kecuali jika kata-kata tersebut merupakan kata serapan dari bahasa asing, maka t nya dipertahankan, seperti kata mentaati dari kata taat طاعة bahasa Arab; mentolerir dari kata tolereer dari bahasa Belanda.
Kamus ini tidak menggunakan tanda-tanda sebagaimana kamus-kamus lainnya, melainkan menggunakan singkatan-singkatan dalam kurung yang bertujuan untuk menjelaskan kata yang dimaksud. Singkatan-singkatan yang digunakan antara lain: Ar untuk Arab, Ing. untuk Inggris, E untuk Eropah, Bld untuk Belanda, Sun untuk Sunda, Jk untuk Jakarta, X yang berarti lawan kata dan Jw yang maksudnya adalah Jawa, contoh: dalam entri k ada kata kulon (jw) yang maksudnya sama dengan kata barat dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Arab berarti الغرب .
Singkatan-singkatan dalam bahasa Arab yang digunakan adalah ج berarti jamak, مف berarti mufrod (tunggal), مث berarti muannats (perempuan) dan مص yang berarti masdar.

Kamus Al Munawwir
Kamus ini termasuk kamus yang banyak pemakaiannya di Indonesia. Para santri dan pelajar menjadikannya sebagai rujukan utama. Sejak diterbitkannya kamus ini pada tahun 1984, para pelajar, santri dan peminat bahasa Arab menjadi sangat terbantu dalam belajar bahasa Arab.
Penyusun, Ahmad Warson Al Munawwir, dalam pendahuluannya yang ditulis dalam bahasa Indonesia menyebutkan dasar penyusunan kamus ini adalah semata-mata didorong oleh hasrat keinginan untuk ikut serta mengisi kekurangan akan buku-buku bahasa Arab atau buku-buku pembantu dalam mempelajari bahasa Arab, dan untuk membantu mereka yang bermaksud menggali mutiara-mutiara berharga dalam kitab-kitab berbahasa Arab.
Penyusunan kamus ini merupakan upaya pengembangan buku-buku ilmiah Pondok Pesantren “Al Munawwir” Krapyak Yogyakarta yang pelaksanaannya dilakukan oleh Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan. Walaupun proses pengadaan kamus ini hanya dibantu kemampuan peralatan yang minim dan hanya diolah sendiri oleh keluarga pesantren, namun hasilnya sungguh diluar dugaan, kamus ini bisa diperbanyak untuk memenuhi kebutuhan para pelajar, santri dan peminat.
Bila dilihat dari ukuran dan jumlah halamannya yang mencapai 1701 halaman, kamus ini termasuk jenis kamus besar yang bersifat umum. Kamus ini tidak mencantumkan daftar rujukan dalam sebuah halamannya, sehingga agak kesulitan untuk mengetahui sumber pengambilan data yang ada dalam entri. Namun menurut sumber lisan yang terpercaya, kamus ini merupakan turunan dari kamus Arab ekabahasa Al Munjid yang ditulis oleh pendeta katolik bernama Fr. Louis Ma’luf al-Yassu’i dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i yang dicetak oleh sebuah percetakan katolik sejak tahun 1908.
Karena kamus ini merupakan turunan dari kamus al Munjid, maka entry-entry yang terkandung didalam kamus al Munawwir sesuai dengan kamus al Munjid, hanya saja bahasa penjelas kamus al Munawwir ini adalah bahasa Indonesia. Dan kalaupun ada perbedaan antara keduanya dalam beberapa hal, misalnya dari segi desain kamus, hal itu karena harus menyesuaikan dengan kondisi lokal.
Entri dalam kamus ini disusun menurut urutan akar kata, misalnya untuk mencari kata صان tidak bisa dicari dalam susunan huruf ص- ا – ن , tetapi harus dikembalikan ke asal katanya, yakni dicari dalam urutan ص – و – ن karena صان berasal dari kata صو ن . Sehingga dalam pencarian kata-kata dalam kamus ini lebih dahulu harus diperhatikan apakah kata itu semua hurufnya terdiri dari huruf asli , atau apakah ada diantaranya termasuk huruf zaid (tambahan). Jika semua hurufnya merupakan huruf asli, maka kata dicari berdasarkan permulaan dan urutan huruf-hurufnya, misalnya kata قمر akan ditemukan dalam urutan ق- م - ر dan kata شمس akan ditemukan dalam urutan ش م س. Sedangkan jika diantara huruf-hurufnya ada yang termasuk huruf zaid (tambahan), maka terlebih dahulu harus diketahui huruf-huruf aslinya dan pencarian kata menurut huruf-huruf asli tersebut, misalnya untuk mencari kata كتاب & مكتبة tidak bisa dicari dalam urutan م – ك –ت- atau ت – ا – ب , tetapi harus dicari dalam bab entri ك"” dengan urutan ك-ت-ب .
Kamus ini juga dilengkapi dengan singkatan-singkatan dan tanda-tanda untuk membantu pemakai memahami setiap entri yang ada. Tanda-tanda yang digunakan antara lain:
· (tanda asterik) yang digunakan untuk menunjukkan permulaan materi, yang berarti tanda ini digunakan untuk memisahkan satu tema materi dengan materi lainnya. Misalnya setelah menyebutkan kata حب dengan semua turunannya (المحبوب أحب, حبب, تحبب, تحاب, الحب, الحبة, الحبب, الحباب, الحبيب, الحبابة , الحبيبي, المحب,), kemudian masuk ke materi baru, misalnya الحبتر dengan turunannya ( الحبيتر, الحباتر), maka diawal kata حب dan kata الحبتر diberi tanda asterik ini.
_ yang digunakan untuk menunjukkan harakat ain fi’il mudhari’nya,
contoh: بحث --- بحثا
- (tanda hubung) yang berarti ulangan dari kata diatasnya,
Contoh: كذب ه ( menuduhnya bohong)
القول- ( menyangkal kebenarannya, mendustakan) عن أمر أراده - ( mundur)
- ا لحر (mereda)
Sedangkan mengenai singkatan-singkatan yang digunakan dalam bahasa Arab antara lain: ج untuk menunjukkan jamak, م untuk menunjukkan muannats dan دخ untuk menunjukkan bahwa kata itu berasal dari kata asing. Demikian pula dalam bahasa Indonesia juga digunakan singkatan-singkatan diantaranya: bb, bgn, dlm, mnr dll.

Kamus Kontemporer Inggris -Indonesia-Arab
Sebagaimana kamus Al Munawwir diatas, kamus kontemporer ini juga dikeluarkan oleh Pondok Psantren Krapyak Yogyakarta. Kamus Kontemporer Inggris-Arab-Indonesia diterbitkan pada tahun 2003. Kamus ini merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kamus kontemporer (al Ashri) sebelumnya yang tersusun dalam bahasa Arab-Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1996. Kamus kontemporer Arab-Indonesia tersebut disusun oleh Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor, sedangkan penyempurnaannya dalam kamus kontemporer Inggris-Indonesia-Arab hanya disusun oleh Atabik Ali saja.
Penyusunan kamus al Ashri Arab-Indonesia didasarkan pada pola aturan berikut ini:
§ Disusun secara alfabetis dengan tidak perlu mencari akar kata dari lafadz yang dicari. Huruf awal yang akan kita cari menjadi petunjuk langsung dimana lafadz itu berada. Misalnya untuk mencari kata متعذر (yang sulit, tidak dapat dilaksanakan), pemakai tidak perlu kembali ke asal katanya عذر / تعذر , tapi cukup melacaknya dari bab entri mim sesuai dengan huruf awal kata tersebut.
§ Arti padanan dari suatu kosa kata dihindarkan dari arti padanan yang tidak banyak digunakan lagi, sehingga kosa kata kamus ini menghindari penggunaan kosa kata klasik dan yang sering ditemui dalam kamus ini adalah kosa kata baru atau kosa kata masa kini, contoh kata حركة الأموال diterjemahkan dengan kata mobilitas keuangan atau perputaran investasi.
§ Tidak menggunakan tanda hubung (as syarthah al mumhaniyah) untuk kata yang diulang, tetapi menuliskan kata itu secara utuh, hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca dan menghindari kebingungan. Contoh yang terdapat dalam entri mim yaitu:
مزدوج الجهة (dua sisi)
مزدوج المهمة (dua kepentingan)
مزدوج الإتجاه (dua jalur / arah)
مزدوج السرعة (dua kali kecepatan)

§ Untuk istilah-istilah tertentu disertakan juga bahasa ‘ajamnya secara utuh dalam kurung. Contoh : غزغائية “kepandaian menghasut rakyat” dalam kurung ditulis ( demagogisme). فاتحة موسقية “musik pembuka” dalam kurung ditulis (prelude)
§ Menyertakan gambar untuk kata-kata yang sulit dijelaskan selain menggunakan gambar. Contoh: مزلاج (kunci, gerende), مزلجة مائية (sepatu roda / ski air), جزمة (sepatu bot, panjang sampai mata kaki)
§ Secara umum tidak mencantumkan al ta’rif kecuali beberapa kata yang penulisannya menjadi berubah jika disitu dituliskan al ta’rif. Contoh:عال – العالى
§ Alif maqshurah, alif mamduhah dan hamzah dipersamakan dengan alif biasa, sehingga tidak mempengaruhi urutan penulisan, contoh kata جزى terletak sebelum kata جزاء tidak setelah kata جزية , جزيل dll.
§ Penggunaan tanda kurung difungsikan untuk: memperjelas penggunaan kata, menunjukkan bahasa asli, menunjukkan disiplin ilmu tertentu dan menunjukkan macam (jenis).
Sebagai perkembangan dari kamus Kontemporer Arab-Indonesia ini adalah kamus Kontemporer Inggris -Indonesia-Arab yang keberadaannya demi untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang memasuki era globalisasi, dimana bahasa Inggris telah menjadi bahasa dunia dan diakui disemua negara di dunia.
Kamus ini mendapat kehormatan dari menteri agama waktu itu, Prof. Dr. H. Said Aqil Husen Al Munawwar,MA yang telah memberikan kata sambutannya dalam penerbitan kamus tersebut. Dalam sambutannya beliau menyatakan bahwa kita adalah satu keluarga dalam satu dunia, oleh karenanya proses saling mengenal, mengerti dan memahami adalah hal yang sangat penting. Bahasa bukan hanya sarana bagi mengenal dunia dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, melainkan juga alat yang sangat penting bagi upaya menciptakan semangat global yang aman dan damai.
Kamus ini disusun secara alfabetis dengan huruf latin karena bahasa entri yang digunakan adalah bahasa Inggris, kemudia ditengah adalah bahasa Indonesia dan terakhir adalah bahasa Arab. Kata-kata bahasa Inggris dicetak dalam huruf tebal, hal ini untuk memperjelas perbedaan tulisan Inggris dengan Indonesia. Disebutkan juga kata musytaraknya dengan dibubuhi tanda koma ( , ) baik dalam kata-kata bahasa Indonesia, Inggris maupun Arabnya. Dan berbeda dengan kamus-kamus bahasa Inggris lainnya, kamus ini tidak disertai dengan ejaan, namun disebutkan jenis kata dalam singkatan untuk bahasa Inggris, n yang berarti noun (kata benda), v berarti verb (kata kerja) dan a berarti adjective (kata sifat), Contoh:
Allocation,n. alokasi, jatah dari pemerintah, alokasi dana. تحصيص, تحصيص من الحكومة
Bereave,v. menghilangkan, merasa kehilangan. أفقد, فقد
Clubby,a. baik pergaulannya, ramah. حسن العشرة, أنيس
Seniority. Keadaan lebih tua, kesenioran, أقدمية. قدمة

Masa Kemajuan (Kamus Berbasis Teknologi)
Masa kemajuan teknologi menuntut terciptanya kamus yang dikemas dengan teknologi yang canggih, diera komputer dan internet ini muncul berbagai ragam kamus dengan berbasis komputer dan web. Kamus berbasis komputer membantu pemakai untuk mencari kata-kata asing dengan mudah, misalnya pemakai tinggal mengetik kata yang dikehendaki, secara otomatis makna kata yang dikehendaki oleh pemakai akan tampil dilayar komputer.
Penggunaan kamus yang mudah dan dapat diakses secara cepat dari tempat mana saja melatarbelakangi pembuatan kamus bahasa Arab-Indonesia dengan berbasis web. Dengan begitu, aplikasi dapat dimanfaatkan umat Islam Indonesia secara luas tanpa terlebih dahulu meng-install program aplikasi tertentu atau sistem operasi tertentu.
Diantara kamus-kamus yang memanfaatkan kecanggihan teknologi berbasi komputer dan web ini antara lain:
Ø kamus al Mufid yang merupakan program kamus Arab Indonesia- Indonesia Arab untuk sistem operasi windows, program ini dapat dijalankan dalam operasi windows XP dan windows 2000, program ini tidak bisa dijalankan dalam windows 95, windows 98 dan windows ME karena menggunakan aplikasi berbasis unicode.
Ø Kamus on line berbasis web, kamus ini menggunakan bahasa Indonesia yang dipublikasikan oleh Ilmu Komputer. Com pada Januari 2004 dengan format file PDF
Ø Kamus bahasa Arab dengan CMS Joomla, kamus ini menampilkan random kosa kata yang diambilkan dari kosa kata yang terdapat didalamnya secara acak. Dengan sering melihat random kosa kata ini akan membantu memperkaya kosa kata bahasa Arab-Inggris pemakai.


Kesimpulan
Perkembangan perkamusan (leksikologi) di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan bahasa Arab di Indonesia dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat yang ingin mempelajari Islam, kedudukan kamus disini sebagai alat bantu untuk belajar bahasa Arab.
Perkembangan kamus ini dimulai ketika para pelajar dari Indonesia menimba ilmu di Timur Tengah, dan keadaannya terus mengalami perkembangan hingga masa kini.




















Daftar Pustaka

Al Kalali, Asad, Kamus Indonesia-Arab, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. VI, 1995
Ali, Atabik, Kamus Kontemporer Inggris-Indonesia-Arab, Multi Karya Grafindo, Yogyakarta, 2003

Ali, Atabik ., Muhdlor, Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, 1996

Yunus, Mahmud , Prof. Dr. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Hidakarya Agung, Jakarta, 2006

Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta, Gramedia Pustaka Utam, cet VIII.

KBBI, ed III, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2002

Mukhtar Umar, Ahmad , Al Bahts al Lughawy ‘nd al-‘Arab, ‘Alam al Kutub, Kairo, 1978,
Mu’in, Abdul, Analisi Kontrastif Bahasa Arab & Bahasa Indonesia, Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004

Munawwir, A.W. , Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progresif, Yogyakarta, 1984

Shadik, Hamid, Qatibi, Dr., Al Ma’aajim wal mustalahat mabahits fi al mushtalahati wa al ma’aajimi wa at ta’riib, ad Dar as Su’udiyah, Jedah, 2000

Thahir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Yunus, Mahmud, Prof. Dr. , Kamus Arab-Indonesia, Hidayah Karya Agung, Jakarta, 1972 M

ENSIKLOPEDI ISLAM INDONESIA, IAIN Syahid, Djambatan, 1992
http://salafy.wordpress.com/2007/03/13
http://sejarahmalaysia.pnm.my/portalBM/detail.php
http://www.mail-archive.com/majelismuda@yahoogroups.com/msg01757.html
http://www.anu.edu.au/asianstudies/ahcen/proudfoot/mmp/darwis/A.gif
http://www.emedia.com.my/Misc/DBP/Artikel/Berita/20050609135632
http://muslim.or.id//
"http://ikc.cbn.net.id/penulis/penulis-anny.php"
http:// ms.wikipedia.org/wiki/kamus
[1] KBBI, ed III, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 499

[2] الدكتور حامد صادق قتيبي, ( المعاجم و المصطلحات) مباحث فى المصطلحات و المعاجم و التعريب, الدار السعودية, جدة, 1287 ه / 2000 م, ص 250


[3] Lihat Ahmad Mukhtar Umar, Al Bahts al Lughawy ‘nd al-‘Arab, ‘Alam al Kutub, Kairo, 1978, hal. 117-119
[4] Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta, Gramedia Pustaka Utam, cet VIII. Hal 44
[5] http:// ms.wikipedia.org/wiki/kamus
[6] Ajid Thahir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 290
[7] Abdul Mu’in, Analisi Kontrastif Bahasa Arab & Bahasa Indonesia, Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004, hal 41.
[8] KBBI, hal. xxi
[9] Al Marbawi, 1928. ف
[10] Lihat ENSIKLOPEDI ISLAM INDONESIA, IAIN Syahid, Djambatan, 1992
[11] Prof. Dr. Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Hidakarya Agung, Jakarta, 2006, hal.86